Nikmat ALLOH dan cara mensukurinya


BAB 1
NIKMAT ALLOH DAN CARA MENSUKURINYA
A. QS az-Zuhruf ayat 9 -13
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ {9} الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اْلأَرْضَ مَهْدًا وَجَعَلَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلاً لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ {10} وَالَّذِي نَزَّلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً بِقَدَرٍ فَأَنشَرْنَا بِهِ بَلْدَةً مَّيْتًا كَذَلِكَ تُخْرَجُونَ {11} وَالَّذِي خَلَقَ اْلأَزْوَاجَ كُلَّهَا وَجَعَلَ لَكُم مِّنَ الْفُلْكِ وَاْلأَنعَامِ مَاتَرْكَبُونَ {12} لِتَسْتَوُا عَلَى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَاكُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ   {13}
Terjemah Ayat:
(09) Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui".
(10) Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk.
(11)  Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).
(12) Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.
(13) Supaya kamu duduk di atas punggungnya Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu Telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang Telah menundukkan semua Ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya,

.      Penjelasan Ayat
Ayat ke 9, menurut Abu Ja’far Muhammad maksud ayat ini adalah jika kamu tanyakan hai Muhammad kepada orang-orang Musyrik dari kaummu itu, “Siapa yang menciptakan langit dan bumi, mengadakan dan membentuknya?” Niscaya mereka menjawab, “Semuanya diciptakan oleh yang maha Perkasa dalam pengaruh kekuasaan dan balasan-Nya terhadap musuh-musuhNya, yang maha mengetahui semua ciptaan itu dengan segala yang ada di dalamNya. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagiNya.
Sedangkan Menurut Syekh Imam AL-Qurtubi dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang-orang kafir pun mengakui bahwa pencipta langit dan bumi beserta isinya adalah Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana, namun demikian mereka menyembah selain Allah dan mengingkari kekuasaan-Nya.
Penjelasan ayat ke 10, maksudnya adalah Allah yang menjadikan bumi terhampar bagimu.Dia menjadikan bumi bagimu pijakan yang dapat kamu pijak dengan telapak kakimu dan kamu dapat berjalan di atasnya dengan kakimu. Allah membuatkan jalan-jalan yang landai di atas bumi, yang dapat kamu tempuh dari satu negeri ke negeri lain untuk keperluan penghidupan dan pendengaranmu.
Sedangkan menurut Syekh Imam Al-Qurtubi bahwa ayat ini menjelaskan bahwa Allah menyifati Dzat-Nya yang maha suci dengan kekuasaan yang sempurna.Firman Allah ini merupakan awal pemberitahuan dari Allah tentang dzatNya.Supaya kalian mengakui nikmat Allah yang diberikan kepada kalian dan supaya kalian mendapat petunjuk menuju penghidupan kalian.
Ayat ke 11 dan 12, maksudnya adalah bahwa Allah menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan), artinya menurut Ibnu Abbas yang dikutip oleh AL-Qurtubi yakni air yang diturunkan itu bukan seperti air yang diturunkan kepada kaum nabi Nuh yang tidak menurut ukuran yang diperlukan sehingga air itu menenggelamkan mereka. Akan tetapi air yang diturunkan itu sesuai dengan kadar yang diperlukan, bukan berupa badai yang menenggelamkan bukan pula kurang dari apa yang dibutuhkan sehingga ia dapat menjadi penghidupan bagi kalian dan binatang ternak kalian.
Ayat 12 dan 13 maksudnya adalah Dia yang menciptakan segala sesuatu, lantas menjadikannya berpasang-pasangan yaitu dengan menciptakan perempuan sebagai pasangan laki-laki, dan menciptakan laki-laki sebagai pasangan perempuan. …وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْقِmaksudnya adalah bahwa Allah menjadikan kapal-kapal bagimu yang dapat kamu kendarai di laut kea rah yang kamu kehendaki dalam perjalananmu di laut untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupmu. Sedangkan hewan ternak dapat kamu kendarai di darat ke arah manapun yang kamu tuju, seperti unta, kuda, bighal dan keledai. …لِتَسْتَوُوْا عَلى ظُهُوْرِهِsupaya kamu dapat berada di atas punggung hewan yang kamu kendarai. Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu yang dianugerahkan kepadamu, berupa ditundukannya semua fasilitas kendaraan itu bagimu di darat dan di laut.Sungguh betapa besar dan banyak nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada kita. Setiap hari silih berganti kita merasakan satu nikmat kemudian beralih kepada nikmat yang lain. Di mana kita terkadang tidak membayangkan sebelumnya akan terjadi dan mendapatkannya. Sangat besar dan banyak karena tidak bisa untuk dibatasi atau dihitung dengan alat secanggih apapun di masa kini.
Semua ini tentunya mengundang kita untuk menyimpulkan betapa besar karunia dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dalam realita kehidupan, kita menemukan keadaan yang memprihatinkan. Yaitu mayoritas manusia dalam keingkaran dan kekufuran kepada Pemberi Nikmat. Puncaknya adalah menyamakan pemberi nikmat dengan makhluk, yang keadaan makhluk itu sendiri sangat butuh kepada Allah.
B.QS  Al-Ankabut Ayat 17
تَعْبُدُ وْ نَ مِنْ دُ وْنِ اللهِ اَ وْثَا نًا وَّتَخْلُقُوْ نَ اِفْكًا اِنَّ الَّذِيْنَ تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ لَايَمْلِكُوْنَ اِنَّمَا لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوْا عِنْدَ اللهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوْهُ وَاشْكُرُوْا لَهُ  اِلَيْهِ تُرْ جَعُوْنَ
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.
.      Penjelasan ayat
 (Sesungguhnya apa yang kalian sembah selain Allah itu) (adalah berhala-berhala, dan kalian membuat dusta) kalian mengatakan kebohongan, bahwa berhala-berhala itu adalah sekutu-sekutu Allah. (Sesungguhnya yang kalian .sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepada kalian) maksudnya mereka tidak akan mampu memberi rezeki kepada kalian (maka mintalah rezeki di sisi Allah) yakni mintalah rezeki itu kepada-Nya (dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kalian akan dikembali
Asbabunnuzul ayat
Pada mulanya ayat 17 surah al-Ankabut ini, menceritakan umat Nabi Ibrahim yang tidak mau menyembah Allah. Bahkan mereka menyembah patung-patung buatan mereka sendiri. Dengan demikian Allah menjelaskan bahwa patung-patung atau lainnya yang mereka sembah selain diri-Nya, tidak bias berbuat apa-apa. Apalagi memberi rezeki untuk kehidupannya.Hanya dari sisi Allahlah rezeki itu didapat. Oleh karena itu sehrusnya mereka hanya menyembah Allah dan bersyukur kepada-Nya, sebab mereka pun akan dikembalikan kepada-Nya.
M.Quraish Shihab mengatakan bahwa ayat tersebut adalah teguran kepada umat Nabi Ibrahim, yang menyembah berhala-berhala untuk mengharap mendapat rezeki dari apa yang disembahnya. Lalu ditegaskan bahwa berhala-berhala itu tidak mampu memberikan rezeki dan tidak patut untuk disembah. Sebagaiman Allah menggunakan kata ”rizqoo” yang konteks kalimatnya adalah menafikan kemampuan berhala.
Kemudian Allah menggunakan kalimat “fabtaghuu” artinya mintalah.Dan “arrizqi´ artinya rezeki secara umum (segala bentuk rezeki). Dan adanya penambahan huruf ”ta” pada kalimat “fabtaghuu” digunakan sebagai penegasan bahwa untuk mendapatkan rezeki Allah itu hendaknya dengan berusaha sungguh-sungguh. Di ayat itu juga Allah mempertegas agar kita menyembahnya, karena hanya Dia yang patut disembah.Dia yang memberikan segala rezeki kepada oleh karena itu Allah melanjutkan firman-Nya dengan perintah untuk mensyukurinya.
Begitu banyak nikmat yang telah kita terima dari Allah SWT.Negara ini telah mendapatkan nikmat lahan yang subur, kandungan sumber daya alam melimpah, dan masyarakat Muslim yang sangat banyak.Diri-diri kita telah mendapatkan nikmat hidup berkecukupan, anak-anak yang sehat dan cerdas, pasangan hidup yang beriman. Bukan itu saja, masih banyak nikmat-nikmat yang lain, yang jika kita mencoba menghitungnya, niscaya tidak akan mampu. Allah SWT berfirman:
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَهُ  اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا اِنَ اللهَ لَغَفُوْرُ رَّحِيْمٌ
Artinya :“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS An Nahl : 18).

C.Hadist tentang  mensukuri nikmat
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ

            Terjemah Hadits
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda : lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari pada kamu dan janganlah kamu melihat orang yang di atasmu. Maka hal itu lebih baik untuk tidak meremehkan nikmat Allah atasmu. (Muutafaq ‘Alaih)
       Penjelasan Hadits
Dalam hadits di atas, nabi menyuruh kaum muslimin agar memandang orang memandang orang yang berada di bawah mereka, baik mengenai bentuk dan rupa tubuhnya, kesehatan dan kesejahteraannya, harta dan kekayaannya maupun yang lain-lainnya. Dengan cara demikian, mereka akan merasa beruntung dan lebih baik keadaan mereka dibandingkan dengan yang dibawah standar nasib mereka. Sebaliknya nabi saw. melarang kaum muslimin memandang orang yang di atas mereka sebab dapat menimbulkan rasa kecil hati dan rendah diri dan bahkan bukan mustahil dapat menimbulkan rasa kecewa, menyesal diri dan mungkin timbul persangkaan yang buruk kepada Allah swt. bahwa Dia tidak memperhatikan keadaan dirinya atau pilih kasih dalam pemberian nikmat. Kaum muslimin dibenarkan melihat orang yang lebih tinggi derajatnya, khusus dalam masalah ketaatan kenjalankan agama (dalam hal kebaikan yang bernilai agama) atau dalam menuntut ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan yang bernilai agama.
D. perilaku orang yang mengamalkan QS az-Zuhruf:9-13, QS al-’Ankabuut:17 dan hadis tentang mensyukuri nikmat
Bersyukur kepada Allah ta’ala artinya adalah menjalankan ketaatan kepada Allah dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Bersyukur kepada Allah ta’ala atas nikmat-nikmat-Nya bukanlah sekedar dengan mengucapkan hamdalah atau bersujud syukur. Akan tetapi ada cara lain yang lebih umum untuk bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla. Ada tiga cara bersyukur yang disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah di dalam kitab Al Qaulul Mufid (1/268), yaitu:

1. Bersyukur dengan hati.

Yaitu dengan meyakini dan mengakui bahwa segala nikmat yang dia dapatkan pada hakikatnya adalah berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala semata. Adapun peran manusia yang memberikan suatu kemanfaatan kepada kita, semua itu hanyalah suatu sebab dan perantara yang mana semuanya itu sangat bergantung kepada izin dari Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
“Apa saja nikmat yang ada pada kalian, Maka dari Allah-lah (datangnya).” [QS An Nahl: 53]
2. Bersyukur dengan lisan.
Yaitu dengan membicarakan kepada orang lain tentang nikmat yang Allah berikan kepadanya sebagai bentuk rasa syukur dan pengakuan kepada Allah, bukan dengan tujuan untuk membanggakan diri dan menimbulkan rasa iri kepada orang lain.
Allah ta’ala berfirman:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“dan terhadap nikmat Rabbmu, maka hendaklah kamu siarkan.” [QS Adh Dhuha: 11]

Contohnya adalah kisah seorang yang buta lalu disembuhkan oleh Allah dan dianugerahi kambing yang banyak. Ketika datang seorang malaikat utusan Allah untuk mengujinya dengan meminta seekor kambingnya, lelaki itu menjawab: “Dahulu aku adalah seorang yang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku kepadaku. Dahulu aku adalah seorang yang miskin, lalu Allah memberikan kekayaan kepadaku.
3. Bersyukur dengan anggota tubuh.
Yaitu dengan cara menggunakannya untuk melaksanakan berbagai ketaatan kepada Allah ta’ala.
Demikianlah cara-cara bersyukur kepada Allah ‘azza wa jalla atas nikmat-Nya. Dengan bersyukur, maka nikmat Allah akan semakin bertambah. Sebaliknya, jika tidak bersyukur, maka azab dari Allah akan datang mengancam. Allah berfirman:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [QS Ibrahim: 7]Mengamalkan ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain adalah bentuk mensyukuri nikmat ilmu. Menafkahkan harta di jalan Allah adalah bentuk mensyukuri nikmat harta.Mengonsumsi makanan untuk menyehatkan tubuh dan tidak membuangnya adalah bentuk mensyukuri nikmat makanan.Demikianlah seterusnya.
E. macam-macam nikmat Allah yang terkandung dalam QS az-Zuhruf: 9- 13
dalam surat Az-Zuhruf 9-13,bahwa allah tidak menghendaki sikap inkonsistensi ini terjadi pada kasus hubungan antar sang pemberi nikmat dan penerimanya.pada bagian surat lain dalam al-quran allah menjelaskan bahwa kita berusaha untuk menghitung nikmat-nya niscaya kita tidak akan dapat menghitungnya .dari sekian nikmat yang tak dapat di hitung itu,pada ayat-ayat di atas ,allah merinci nikmat-nikmatnya mulai dari langit berupa hujan,yang ada di darat berupa bumi yang subur oleh tumbuh-tumbuhan dan hidup hewan-hewan hingga yang ada di lautan berupa kapal-kapal yang berlayar di atas laut.lalu ayat-ayat ini di tutup dengan seruan agar kita mengingat nikmat-nikmat itu dan mengakui kemurahan-nya dengan berucap,’’maha suci allah yang telah menaklukkan ini semua untuk kita.’’
Jika dikaji dari sudut pandang kita akan menemukan pemahaman yang menakjubkan  nikmat allah ternyata,bukan saja yang ada di langit,darat laut tetapi juga termaksud kenikmatan yang kita rasakan ketika kita memanfaatkan suatu media komunikasi dan transportasi.pada ayat di atas ada isyarat akan terciptanya alat komunikasi dan transportasi.kata’’subul’’(jalan-jalan) dalam ayat di atas bukan saja berarti jalan yang ada di darat,tetapi juga termaksud rute laut dan udara,kanalrailway,dan airway.jug termaksud dalam pengertian’’subul’’adalah media komunikasi berupa telepon,internet,dan infrastruktur lainnya.domistikasi binatang dan invensi teknolog imembutuhkan skill dan kejeniusan pada manusia,yang itu semua merupakan anugerah dari allah.pada unsur terkecil terkecil sekali pu nseperti atom,di dalamnya terdapat pasang-pasangan berupa proton dan elektron


BAB 2
MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
A. QS ar-Ruum: 41-42
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمَلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ ﴿41﴾ قُلْ سِيْرُوا فِي الْاَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلُ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُّشْرِكِيْنَ﴿42﴾
41. Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
42. Katakanlah “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”
Kandungan Surat Ar-Rum 41-42
Allah menciptakan Jin dan Manusia untuk beribadah kepada-NYA juga memberikan manusia kedudukan sebagai khalifah di bumi. Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas memanfaatkan, mengelola dan memelihara.Tetapi seringkali manusia lalai dengan kedudukannya sebagai khalifah di bumi. Pemanfaatan yang mereka lakukan terhadap alam seringkali tidak diiringi dengan usaha pelestarian. Keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam justru mengakibatkan kerusakan dan kesengsaraan kepada manusia itu sendiri. Kerusakan terjadi di darat dan di laut seperti Banjir, tanah longsor, kekeringan, pencemaran air dan udara, dll.
Dalam ayat ini Allah menyuruh kita untuk melakukan perjalanan di muka bumi dan menengok kembali kisah-kisah umat terdahulu yang binasa karena ingkar kepada Allah SWT. Banyak kisah-kisah orang terdahulu seperti cerita para nabi, sahabat-sahabat rasul dan tabi’in. Pada masa itu manusia juga banyak melakukan kerusakan di bumi. Sampai akhirnya Allah SWT. memusnahkannya.
Usaha yang dapat kita lakukan untuk memelihara dan melestarikan lingkungan hidup diantaranya ;
Rehabilitasi sumber daya alam berupa hutan, tanah, dan air yang rusak.
Pendayagunaan daerah pantai, wilayah laut, dan kawasan udara perlu dilanjutkan dan makin ditingkatkan tanpa merusak mutu dan kelestarian lingkungan hidup.
Membudidayakan tanaman dan hidup bersih .
” Kebersihan adalah sebagian dari iman ” , maka rawatlah bumi ini dan sadarlah kita sebagai khalifah yang tugasnya untuk merawat, mengelola dan memanfaatkan apa yang ada di bumi ini.
B. QS al-A’raaf: 56-58
وَلَاتُفْسِدُوا فِي اْﻷَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَتَ الله قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ ﴿56﴾ وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَآ أَقَلَّتْ سَحَابًا ثَقَالًاسُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنْزَلْنَا بِهِ الْمَآءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُحْرِجُ الْمَوْتَى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿57﴾ وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَالَّذِي خَبُثَ لَايَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا كَذَلِكَ نُصَرِّفُ اْﻷَيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ ﴿58﴾
56.  Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.
57.  Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa angin mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu, maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.
58.  Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersukur.
Isi Kandungan
Bumi sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk Allah lainnya sudah dijadikan Allah dengan penuh rahmat Nya. Gunung-gunung, lembah-lembah, sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain semua itu diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh manusia, bukan sebaliknya dirusak dan dibinasakan
Hanya saja ada sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka tidak hanya merusak sesuatu yang berupa materi atau benda saja, melainkan juga berupa sikap, perbuatan tercela atau maksiat serta perbuatan jahiliyah lainnya. Akan tetapi, untuk menutupi keburukan tersebut sering kali merka menganggap diri mereka sebagai kaum yang melakukan perbaikan di muka bumi, padahal justru merekalah yang berbuat kerusakan di muka bumi
Allah SWT melarang umat manusia berbuat kerusakan dimuka bumi karena Dia telah menjadikan manusia sebagai khalifahnya. Larangan berbuat kerusakan ini mencakup semua bidang, termasuk dalam hal muamalah, seperti mengganggu penghidupan dan sumber-sumber penghidupan orang lain.Allah menegasakan bahwa salah satu karunia besar yang dilimpahkan kepada hambanya ialah Dia menggerakkan angin sebagai tanda kedatangan rahmat Nya. Angin yang membawa awan tebal, di halau ke negeri yang kering dan telah rusak tanamannya karena tidak ada air, sumur yang menjadi kering karena tidak ada hujan, dan kepada penduduk yang menderita lapar dan haus. Lalu dia menurunkan hujan yang lebat di negeri itu sehingga negeri yang hampir mati tersebut menjadi subur kembali dan penuh berisi air. Dengan demikian, dia telah menghidupkan penduduk tersebut dengan penuh kecukupan dan hasil tanaman-tanaman yang berlimpah ruah.
C.QS Shad:27;
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَآءَ وَاْﻷَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوا فَوَيْلُ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ ﴿27﴾
 27. Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.
Isi Kandungan
Allah SWT menjelaskan bahwa dia menjadikan langit, bumi dan makhluk apa saja yang berada diantaranya tidak sia-sia. Langit dengan segala bintang yang menghiasi, matahari yang memancarkan sinarnya di waktu siang, dan bulan yang menampakkan bentuknya yang berubah-ubah dari malam kemalam serta bumi tempat tinggal manusia, baik yang tampak dipermukaannya maupun yang tersimpan didalamnya, sangat besar artinya bagi kehidupan manusia. Kesemuanya itu diciptakan Allah atas kekuasaan dan kehendaknya sebagai rahmat yang tak ternilai harganya.
Allah memberikan pertanyaan pada manusia. Apakah sama orang yang beriman dan beramal saleh dengan orang yang berbuat kerusakan di muka bumi dan juga apakah sama antara orang yang bertakwa dengan orang yang berbuat maksiat? Allah SWT menjelaskan bahwa diantara kebijakan Allah ialah tidak akan menganggap sama para hambanya yang

melakukan kebaikan dengan orang-orang yang terjerumus di lembah kenistaan. Allah SWT menjelaskan bahwa tidak patutlah bagi zat Nya dengan segala keagungan Nya, menganggap sama antara hamba-hambanya yang beriman dan melakukan kebaikan dengan orang-orang yang mengingkari keesaannya lagi memperturutkan hawa nafsu.
Mereka ini tidak mau mengikuti keesaan Allah, kebenaran wahyu, terjadinya hari kebangkitan dan hari pembalasan. Oleh karena itu, mereka jauh dari rahmat Allah sebagai akibat dari melanggar larangan-larangannya. Mereka tidak meyakini bahwa mereka akan dibangkitkan kembali dari dalam kuburnya dan akan dihimpun dipadang mahsyar untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya sehingga mereka berani zalim terhadap lingkungannya.
Allah menciptakan langit dan bumi dengan sebenar-benarnya hanya untuk kepentingan manusia. Manusia diciptakan Nya untuk menjadi khalifah di muka bumi ini sehingga wajib untuk menjaga apa yang telah dikaruniakan Allah SWT.
Kandungan Surat Shaad ayat 27 dari segi artinya adalah :
1. "Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah."
Pada firman ini Allah s.w.t menyatakan kepada Nabi Dawud a.s, bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan seisi bumi dan langit ini dengan penuh limpahan karunia. Tidak seperti apa yang dikatakan oleh para orang kafir terhadapnya (Dawud a.s).
2. "Yang demikian itu adalah anggapan orang - orang kafir."
Pada firman ini Allah s.w.t menyatakan bahwa sesungguhnya apa yang dikatakan orang kafir terhadapnya itu adalah kebohong semata. Dikisahkan bahwa pada waktu itu orang - orang kafir berkata kepada Nabi Dawud a.s; bahwa Allah tidak pernah memberikan manfaat (karunia) apa pun kepada mereka (orang kafir) selama mereka hidup.
3. "Maka celakalah orang - orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka."
Pada firman ini Allah memberikan (memperkuat) keyakinan Nabi Dawud a.s tentang kebohongan para orang - orang kafir tersebut. Dengan memberikan jaminan azab neraka atas mereka.
Jadi isi dari ayat ini adalah kisah kebohongan para orang kafir terhadap Nabi Dawud a.s.
D. QS al-Furqaan: 45-50
 أَلَمْ تَرَ إِلَى رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الظِّلَّ وَلَوْ شَاء لَجَعَلَهُ سَاكِناً ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيلا
045. (Apakah kamu tidak memperhatikan) yakni tidak melihat (kepada) ciptaan (Rabbmu, bagaimana Dia memanjangkan bayang-bayang) mulai dari tenggelamnya matahari sampai dengan hendak terbitnya (dan kalau Dia menghendaki) yakni Rabbmu (niscaya Dia menjadikan bayang-bayang itu tetap) artinya tidak hilang sekalipun matahari terbit (kemudian Kami jadikan matahari atasnya) yakni bayang-bayang atau gelap itu (sebagai petunjuk) karena seandainya tidak ada matahari maka niscaya bayang-bayang atau gelap itu tidak akan dikenal.
 ثُمَّ قَبَضْنَاهُ إِلَيْنَا قَبْضاً يَسِيراً
046. (Kemudian Kami menarik bayang-bayang itu) yakni bayang-bayang yang memanjang itu (kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan), yaitu dengan terbitnya matahari.

 وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاساً وَالنَّوْمَ سُبَاتاً وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورا
047. (Dialah yang menjadikan untuk kalian malam sebagai pakaian) yakni yang menutupi bagaikan pakaian (dan tidur untuk istirahat) bagi tubuh setelah selesai dari bekerja (dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha) kalian bangun di waktu itu untuk mencari rezeki dan melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya.
 وَهُوَ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ بُشْراً بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورا
048. (Dialah yang meniupkan angin) menurut qiraat yang lain lafal Ar-Riih dibaca Ar-Riyah (pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya) yakni dekat sebelum hujan. Lafal Nusyuran menurut suatu qiraat dibaca Nusyran, artinya secara terpisah-pisah yakni dibaca secara Takhfif supaya ringan bacaannya. Menurut qiraat yang lain dibaca Nasyran karena dianggap sebagai Mashdar. Menurut qiraat lainnya lagi dibaca Busyra, artinya sebagai pembawa kabar gembira. Bentuk tunggal bacaan pertama adalah Nusyurun, wazannya sama dengan lafal Rasulun yang bentuk jamaknya adalah Rusulun. Sedangkan bentuk tunggal dari bacaan yang kedua yaitu Busyran ialah Basyirun, artinya pembawa kabar gembira (dan Kami turunkan dan langit air yang amat bersih) yaitu air yang dapat dipakai untuk bersuci, atau air yang menyucikan.
 لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَّيْتاً وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَاماً وَأَنَاسِيَّ كَثِيرا
049. (Agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri atau tanah yang mati) lafal Maitan dibaca Takhfif bentuk Mudzakkar dan Muannatsnya sama saja. Disebutkan dengan maksud, bahwa yang mati itu adalah tanah negeri itu (dan agar Kami memberi minum dengannya) dengan air itu (sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak) unta, sapi dan kambing (dan manusia yang banyak) .
E. QS alBaqarah: 204-206.

 “Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. (QS. Al-Baqarah: 204) Dan apabila ia berpaling (dari mukamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. (QS. Al-Baqarah: 205) Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka jahannam. Dan sungguh neraka jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (QS. Al-Baqarah: 206) Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridbaan Allah; dan Allah Mabapenyantun kepada bamba-bamba-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 207)
As-Suddi menuturkan: “Ayat ini turun berkenaan dengan al-Akhnas bin Syariq ats-Tsaqafi yang datang kepada Rasulullah dengan menampakkan keislaman, padahal hatinya bertolak-belakang dengan hal itu.”
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwasanya ayat ini diturunkan berkenaan dengan beberapa orang dari kalangan orang-orang munafik, mereka membicarakan dan mencaci maki Khubaib dan para sahabatnya yang terbunuh dalam peristiwa ar-Raji’. Kemudian Allah menurunkan ayat yang mencela orang-orang munafik dan memuji Khubaib dan para sahabatnya: wa minan naasi may yasyrii nafsaHubtighaa-a mardlaatillaaHi (“Dan di antara munusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah.”)
Ada juga yang berpendapat bahwa ayat tersebut berlaku umum bagi orang-orang munafik dan juga orang-orang yang beriman secara keseluruhan. Demikian menurut pendapat Qatadah, Mujahid, Rabi’ bin Anas, dan beberapa ulama lainnya. Dan pendapat inilah yang benar.
Muhammad bin Ka’ab mengemukakan: “Sesungguhnya ayat ini turun berkenaan dengan seorang laki-laki, dan setelah itu berlaku umum.” Dan pendapat yang dikemukakan oleh Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi ini pun baik dan benar.
Sedangkan firman Allah: wa yusyHidullaaHa ‘alaa maa fii qalbiHii; Ibnu Muhaishin membacanya dengan: wa yasyHadullaaHu ‘alaa maa fii qalbiHii; dengan memfathahkan “ya” dan mendlomahkan lafadz Allah, yang berarti: meskipun orang ini berhasil mempedaya kalian, namun Allah mengetahui keburukan dalam hatinya.
Hal ini serupa dengan firman-Nya yang artinya: “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: ‘Kami mengakui bahwa sesungguhnya engkau benar-benar Rasul Allab.’ Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya, dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.” (QS. Al- Munaafiquun: 1).
Sedangkan jumhur ulama membacanya: wa yusyHidullaaHa ‘alaa maa fii qalbiHii; Yang berarti orang munafik itu menampakkan keislaman kepada manusia, dan menantang Allah Ta’ala untuk membongkar kekufuran dan kemunafikan yang ada di dalam hatinya, seperti firman-Nya yang artinya: “Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah.” (QS. An-Nisaa’: 108)
Demikian makna yang diriwayatkan Ibnu Ishaq, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas.
Ada pula yang mengatakan: “Artinya bahwa jika orang munafik itu menampakkan keislaman di hadapan manusia ia bersumpah dan mempersaksikan Allah kepada mereka (para manusia) bahwa apa yang ada di dalam hatinya sesuai dengan ucapannya. Makna seperti ini benar dikemukakan oleh Abdur Rahman bin Zaid bin Aslam, dan menjadi pilihan Ibnu Jarir dan disandarkan kepada Ibnu Abbas dari Mujahid. Wallahu a’lam.
Dan firman-Nya: wa Huwa aladdul khishaam (“Padalah ia adalah penentang yang paling keras.”) Secara bahasa, al-aladdu berarti yang menyimpang. Seperti firman-Nya: wa tundzira biHii qaumal luddan (“Dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang.”) (QS. Maryam: 97) luddan berarti yang menyimpang (baca: membangkang). Demikian itulah keadaan orang munafik ketika melakukan pembangkangan. Ia berdusta, menyimpang dari kebenaran, tidak konsisten, bahkan sebaliknya, ia suka mengada-ada dan berbuat keji. Sebagaimana yang ditegaskan dalam hadits shahih dari Rasulullah, beliau pernah bersabda:
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga: Jika berbicara berdusta, jika berjanji ingkar, dan jika bertengkar ia berbuat jahat.”
Al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anha, secara marfu’, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling dibenci Allah adalah penentang yang paling keras.” (HR. Al-Bukhari).
Dan firman Allah Ta’ala berikutnya: wa idzaa tawallaa sa’aa fil ardli liyufsida fiiHaa wa yuHlikal hartsa wan nasla wallaaHu laa yuhibbul fasaad (“Dan apabila ia berpaling [darimu], ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.”) Artinya, orang yang amat menyimpang perkataannya dan jahat perbuatannya. Seperti itulah perkataannya, dan perbuatannya. (maksudnya yaitu lafazh “sa’aa”) dalam ayat ini berarti menuju. Sebagaimana Allah berfirman: yaa ayyuHal ladziina aamanu idzaa nuudiya lish shalaati miy yaumul jumu’ati fas’au ilaa dzikrillaaHi (“Wahai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka hendaklah kamu menuju kepada mengingat Allah.”)(al-Jumu’ah: 9)
Artinya bersegeralah kepada mengingat Allah dengan berniat mengerjakan shalat Jum’at, karena menuju shalat hanya secara fisik semata dilarang berdasarkan sunnah Rasulullah: “Jika kalian berangkat shalat, maka janganlah mendatanginya dengan tergesa-gesa, tetapi datanglah dengan penuh ketenangan dan kekhusyu’an.” (Muttafaqun alaih, tetapi dengan beberapa riwayat yang berbeda-beda lafadznya.)
Orang munafik itu tidak mempunyai keinginan kecuali untuk membuat kerusakan semata di muka bumi, memusnahkan tanam-tanaman, maksudnya tempat tanaman tumbuh, berbuah, dan sekaligus tempat berkembang biaknya hewan-hewan, yang keduanya (tumbuh-tumbuhan dan hewan) merupakan sendi hajat hidup manusia.
Mujahid mengatakan: “Jika orang munafik berkeliaran di muka bumi untuk membuat kerusakan, maka Allah akan menahan hujan sehingga tanaman dan ternak binasa.”
Firman-Nya: wallaaHu laa yuhibbul fasaad (“Dan Allah tidak menyukai kerusakan.”) Artinya, Dia tidak menyukai orang yang bersifat seperti ini dan berbuat demikian itu.
Firman Allah berikutnya: wa idzaa qiila laHut taqillaaHa akhadzatHul ‘izzatu bil itsmi (“Dan jika dikatakan kepadanya, Bertakwalah kepada Allah, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa.”) Artinya, jika orang yang buruk dalam ucapan dan perbuatannya ini dinasihati dan dikatakan kepadanya, “Takutlah kepada Allah dan jauhilah ucapan dan perbuatanmu itu serta kembalilah kepada kebenaran,” niscaya ia menolak, enggan, menjadi sombong dan marah disebabkan dosa-dosa yang telah meliputi dirinya.
Oleh karena itu dalam ayat itu Allah Ta’ala berfirman: fa hasbuHuu jaHannamu wa labi’sal miHaad (“Maka cukuplah [balasannya] neraka jahanam. Dan sungguh neraka jahanam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.”) Maksudnya, neraka jahanam itu lebih dari cukup baginya sebagai siksaan atas perbutannya itu.
Dan firman-Nya: wa minan naasi may yasy-rii nafsaHubtighaa-a mardlaatillaaH (“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah.”) Ketika Allah memberitahukan tentang orang-orang munafik dengan sifat-sifat mereka yang sangat tercela, maka Dia juga menyebutkan sifat-sifat orang-orang mukmin yang sangat terpuji, melalui firman-Nya: wa minan naasi may yasy-rii nafsaHubtighaa-a mardlaatillaaH (“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah.”)
Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Said bin al-Musayyab, Abu Utsman an-Nahdhi, Ikrimah, dan segolongan orang mengatakan, “Ayat itu turun berkenaan dengan Shuhaib bin Sinan ar-Rumi.” Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Abu Utsman an-Nahdhi, dari Shuhaib, katanya, “Ketika aku bermaksud hijrah dari Makkah kepada Nabi saw, orang-orang Quraisy berkata kepadaku, ‘Hai Shuhaib, kamu datang kepada kami dengan tidak membawa harta kekayaan, dan sekarang kamu akan pergi dengan membawa harta kekayaanmu. Demi Allah hal itu tidak boleh terjadi sama sekali.’”
Hamad bin Salamah meriwayatkan, dari Ali bin Zaid, dari Sa’id bin al-Musayyab, katanya: “Shuhaib berangkat hijrah menuju Nabi saw, lalu diikuti oleh beberapa orang Quraisy, maka ia pun turun dari kendaraannya dan mengeluarkan apa yang berada di dalam tempat anak panahnya, kemudian berujar, “Hai orang-orang Quraisy, kalian tahu bahwa aku adalah orang yang pandai memanah di antara kalian, sedang kalian, demi Allah, kalian tidak akan sampai kepadaku kecuali aku akan melemparkan semua anak panah yang ada di dalam tempatnya ini, dan membuang pedangku ini sehingga tiada yang tersisa sedikit pun padaku. Maka lakukan apa yang kalian kehendaki. Tetapi jika kalian mau, akan kutunjukkan kepada kalian harta dan simpananku di Makkah, tetapi kalian harus membebaskan jalanku.” Maka mereka pun menjawab, “Mau.” Dan ketika sampai kepada Nabi saw, beliau bersabda, “Beruntunglah Shuhaib.” Maka turunlah ayat: wa minan naasi may yasy-rii nafsaHubtighaa-a mardlaatillaaHi wallaaHu ra-uufum bil ‘ibaad (“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah. Dan Allah Mahapenyantun kepada hamba-hamba-Nya.”)
Tetapi kebanyakan ulama memahami bahwa ayat tersebut turun ditujukan bagi setiap orang yang berjuang di jalan Allah Ta’ala, sebagaimana Dia telah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 111)
Dan ketika Hisyam bin Amir maju menyerang ke tengah-tengah barisan musuh, sebagian orang menentangnya, sedangkan Umar bin al-Khatthab, Abu Hurairah, dan yang lainnya membantah tindakan mereka itu seraya membacakan ayat ini: wa minan naasi may yasy-rii nafsaHubtighaa-a mardlaatillaaHi wallaaHu ra-uufum bil ‘ibaad (“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah. Dan Allah Mahapenyantun kepada hamba-hamba-Nya.”)
F. Prilaku menjaga dan mencintai lingkungan hidup
Alam merupakan karunia Allah yang harus kita jaga kelestariannya. Kita harus bisa menjaga kelestarian alam agar dapat dinikmati oleh generasi masa depan. Mengekploitasi alam secara berlebihan dapat menyababkan rusaknya alam. Sebagai seorang muslim, kita harus menghindari tindakan itu untuk tetap menjaga kelestarian alam yang merupakan karunia Allah SWT.Islam adalah rahmatan lil alamin, yang mana syari'atnya tidak hanya untuk umat islam saja tapi bagi semesta alam sebagai Rahmat dari Allah. Bahkan diutusnya Nabi adalah sebagai rahmat, sebagaimana firman Allah:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِي
"tidaklah kami mengutusmu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekian alam" (al-Anbiya: 107)rahmat ini meliputi seluruhnya. Termasuk alam ini, maka islam mengajarkan untuk mencintai alam dan menjaganya, serta melarang berbuat berbagai kerusakan di muka bumi. Maka dari itu Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi dan itu semua adalah bentuk dalam rangka beribadah kepada Allah. Allah berfirman
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"telah nampak kerusakan di darat dan di lautan yang disebabkan oleh tangan-tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (ar-Rum: 41)
                   Dalam bab menjaga dan melestarikan lingkungan adalah kebersihan, menyayangi semua makhluk Allah. Kebersihan ,erupakan cermin keimanan seseorang terhadap sang Khalik. Rasa cinta kasih sayang sudah menjadi kebutuhan pokok manusia dalam kehidupannya kita juga harus peka terhadap keadaan alam disekitar kita. Kita harus bisa menghidupkannya Demi generasi masa depan kita

Agama islam mengajarkan 2 macam hubungan, Yaitu Hubungan vertikal (Manusia dengan Allah) dan hubungan Horisontal (Manusia dengan manusia)
          Kerusakan alam di dunia ini tak ubahnya adalah bumerang bagi manusia, kitalah yang membuat alam ini rusak, maka dari itu sebagai orang yang beriman, kita harus menjaga lingkungan dengan baik.
Perilaku menjaga dan melestarikan alam sesuai al-quran dan hadist diantaranya  adalah:
1.     Tidak merusak lingkungan sekitar kita
2.      Mengurus tanah agar menjadi subur
3.     Tidak membunuh hewan sembarangan
4.     Memelihara fasilitas umum
5.     Mengadakan penghijauan,dll.
Inti dari semua keterangan diatas adalah, kita harus saling menghormati sesama makhluk Allah SWT. Janganlah saling merugikan, cintailah alam untuk generasi penerus kita. Jangan sampai generasi penerus kita tidak bisa melihat pohon dan binatang binatang.
EVALUASI
1. Dalam al-quran surat apa saja yang menjelaskan nikmat Alloh dan cara mensukurinya?
2. Bagai mana cara mensukuri nikmat Alloh?
3. Surat apa saja yang menjelaskan masalah menjaga lingkungan hidup?
4. Bagaimana cara menjaga lingkungan hidup?
5. Apa tindakan kita kalau melihat orang yang merupaya merusak lingkungan?


DAFTAR PUSTAKA

        Abu Ja’far, Muhammad, Tafsir Ath-Thobari, (penerjemah Misbah Abdul Somad), Pustaka Azzam, Jakarta, 2009;
  Al-Jalalain, As-Shuyuthi, Al-Mahalli, Tafsir Jalalain
Bidhawy,  Zakiyuddin. 2007. Islam Melawan Kapitalisme. Magelang : Resist Book
Fachrudin, M. 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Jakarta : Buku Obor
Harahap, Adnan.1997. Islam dan Lingkungan . Jakarta : Fatma Press

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah sholawat di iringi koplo

Makalah larangan mengangkat orang kafir sebagai pemimpin

Tasawuf penjernih hati